Kompleks Makam Sendang Duwur terletak di Sendangduwur, Kranji, Kec. Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur 62264. Makam Sendang uwur dapat diakses dengan kendaraan bermotor seperti mobil dan motor dengan memasuki kawasan desa Sendang Duwur.
Koordinat: 6°53’43.8″S 112°20’47.9″E
Kompleks Cagar Budaya ini telah ditetapkan Peringkat Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Repulik Indonesia Nomor 247/M/2015
Luas lahan:11.936m²
Luas bangunan : 252,82 m²

Sendang Duwur merupakan sebuah kompleks yang terdiri atas 3 halaman bertingkat, dengan bangunan masjid terdapat pada tingkat tertinggi. Makam-makam kuno terdapat pada halaman-halaman bertingkat tersebut. Setiap halaman dibatasi dengan pintu gerbang yang bertipe candi bentar dan kori agung. Halaman I dan II ditandai dengan pintu gerbang candi bentar, sedangkan halaman III menuju ke dalam kompleks masjid dibatasi dengan gapura bersayap berbentuk kori agung. Para ahli menyebut gapura bersayap dengan Gapura A dan Gapura B yang berbentuk kori agung. Di puncak halaman teratas terdapat bangunan masjid kuno yang sekarang telah dipugar dengan atap tumpang. Pada halaman masjid itu juga terdapat beberapa bangunan mandapa tanpa dinding dengan atap limasan.
Beberapa kekhasan dari kepurbakalaan Sendang Duwur:
- Dari segi keletakan, Kompleks Sendang Duwur terdapat di wilayah yang bertingkat dengan masjid yang bertingkat pula.
- Memiliki bentuk-bentuk kori agung yang berupa gapura bersayap yang tidak dijumpai di situs kepurbakalaan Islam lainnya. Bentuk ini melambangkan perjalanan arwah menuju Sang Khalik. (Bernert Kempers, 1959; Tjandrasasmita, 1964)
- Ornamen pada gapura bersayap tersebut masihmelanjutkan tradisi seni hias Hindu-Buddha dengan diganbarkannya kepala kala di ambang pintu yang menyambung dengan bingkai mrga di kanan-kirinya.
- Bentuk atap gapura bersayap menyerupai mahkota dan dipahatkan juga dalam bentuk relief rendah kepala garuda, sementara itu sayap gapura yang merentang di kanan-kiri celah pintu seakan-akan bentuk sayap burung garuda itu sendiri.
Menurut beberapa sumber tradisi kepurbakalaan Sendang Duwur dihubungkan dengan tokoh Raden Nur Rahmad (Sunan Sendang) adalah putera Abdul Qohar Bin Malik Bin Syeikh Abu Yazid Al Baghdi (keturunan Raja raja Persia di Irak) dengan Dewi Sukarsih, puteri Tumenggung Joyo di Sedayu Lawas. Ia bertempat tinggal di Desa Sedayu Lawas. Setelah ayahnya wafat ia pindah ke dusun Tunon untuk menyebarkan agama Islam di sekitar daerah tersebut dan bergelar Sunan Sendang. Atas perintah Sunan Drajat Ia membangun masjid dengan membeli pendapa Mbok Randa Mantingan (Ratu Kalinyamat). Setelah masjid tersebut berdiri, di sekitar masjid tidak terdapat mata air. atas kehendak Tuhan, di selatan masjid muncul sebuah sumur giling. Setelah wafat, jenazahnya dimakamkan di sebelah barat Masjid Sendangduwur. Di papan yang tergantung di balok serambi masjid terdapat tulisan huruf Jawa, memuat candra sengkala berbunyi gunaning sarira tirta hayu, berarti 1483 ? atau 1561 M. Di bawah papan tersebut bergantung papan yang lebih besar bertuliskan huruf dan kalimat Arab yang menyatakan bahwa masjid ini dibina pada tahun 1483 Jawa dan tahun 1851. Angka tahun yang dipahatkan pada penghias cungkup makam, oleh stutterheim dibaca dari kanan ke kiri 7051 (1507 Saka = 1585 M), menunjukkan tahun wafatnya Sunan Sendang.