KLENTENG BOEN BIO

Klenteng Boen Bio terletak di Jl. Kapasan No. 131 Surabaya.
Klenteng Boen Bio telah ditetapkan menjadi Cagar Budaya Peringkat Provinsi berdasarkan SK no. 188/737/KPTS/013/2017. Klenteng ini didirikan pada tahun 1883 dengan nama Boen Tjiang Soe yang secara harfiah bermakna mewarisi dan menggemilangkan sastra atau peradaban. Pendirinya adalah Go Tik Lie dan Lo Toen Siong yang memanfaatkan tanah seluas 500 m2 hingga kemudian diperluas lagi menjadi 1173 m2. Pada tahun 1903, komunitas Tionghoa di Surabaya, kedatangan salah seorang tokoh pergerakan Tiong Hoa Hwe Koan (THHK) dari Batavia yakni K’ang Yu Wei. Salah satu tempat yang membuatnya terkesan adalah Klenteng Boen Bio di Kapasan yang juga merupakan tempat pergerakan kaum nasionalis Tionghoa. Ia sangat memuji keindahan dan kemegahan klenteng tersebut namun menyayangkan lokasinya yang berada di dalam kampung. Apalagi klenteng khusus Khonghucu seperti ini hanya satu-satunya yang terdapat di Jawa bahkan Hindia Belanda. Lantas ia menganjurkan agar klenteng tersebut dipindah ke jalan raya agar mudah dilihat orang dan memudahkan umat yang ingin bersembahyang. Pada akhirnya pengurus menjalankan anjurannya memindahkan dan memperluas klenteng pada tahun berikutnya serta mengganti namanya menjadi Boen Bio yang mana bisa kita lihat berdiri hingga saat ini di tepi jalan raya Kapasan.
Klenteng Boen Bio merupakan tempat ibadah yang murni bagi agama Khonghucu dimana dapat dilihat didalamnya hanya terdapat Sinci (papan nama/papan roh) Khonghucu beserta murid-murid dan pengikutnya. Pendirian Klenteng Boen Bio tak terlepas dari kebangkitan nasionalisme Tionghoa yang menyebar hingga ke Nusantara sejak akhir abad XIX. Setelah negeri Cina atau Tiongkok dikalahkan oleh Jepang dan masukya sekutu ke Beijing, gerakan nasionalisme Tiongkok mulai mempengaruhi sikap orang-orang Tionghoa di Surabaya. Mereka mulai meninjau kembali identitas komunitas mereka dan muncul nasionalisme baru yang kuat karena banyaknya tekanan dari pemerintah Hindia Belanda. Kelompok ini menganggap pemerintah kolonial seperti halnya Jepang yakni penegak kolonialisme dan imperialisme di tanah jajahan. Salah satu organisasi nasionalis Tionghoa yang terbesar adalah Tiong Hoa Hwe Koan (THHK).
Klenteng Boen Bio memiliki nilai penting bagi sejarah karena merupakan penanda awal kemunculan pergerakan nasionalisme khususnya di kalangan masyarakat Tionghoa Surabaya. Klenteng Boen Bio merupakan satu-satunya Klenteng Khonghucu di Asia Tenggara dan satu-satunya Klenteng yang tidak menyimpan patung dewa di altar sembahyang dan terdapat bedug.

Lokasi

Beranda
Lokasi
Jenis
Statistik
Cari