Arca Joko Dolog merupakan salah satu cagar budaya yang ada di Jalan Taman Apsari, Surabaya. Pada mulanya, Arca Joko Dolog ditemukan di Desa Kandang Gajah, Trowulan, Mojokerto kemudian arca tersebut dipindahkan ke Surabaya oleh Residen de Salls di masa Hindia Belanda. Arca Joko Dolog merupakan peninggalan dari kerajaan Singhasari, dan merupakan perwujudan dari raja terakhir Kerajaan Singosari, yakni raja Kertanagara yang memiliki gelar lengkap paduka Sri Maharajadhiraja Kertanagara Wikrama Dharmmottunggadewa. Arca Joko Dolog dipahat oleh seseorang yang bernama Nada, dan pembuatannya dilakukan sekitar tiga tahun sebelum Raja Kertanegara meninggal karena dibunuh oleh tentara Jayakatwang adipati Gelang-gelang (kini Madiun) yang memberontak pada Singasari. Arca Joko Dolog memiliki panjang 166 cm, lebar 138 cm, serta tebal 105 cm. Arca Joko Dolog digambarkan dengan kepala gundul serta dibuat dengan posisi duduk dan bersikap Bhumisparsa mudra, yang melambangkan memanggil bumi sebagai saksi, dimana tangan kiri berada di atas pangkuan, sedangkan tangan kanan menelungkup di atas lutut. Pada alas sandar Arca Joko Dolog terdapat prasasti dengan bahasa Sanskerta yang dinamakan sebagai prasasti Wurare berisi 19 bait yang mengandung lima makna sejarah yang berkembang pada masa itu, yakni mengenai perebutan kekuasaan terhadap pembagian tanah Jawa menjadi Janggala dan Panjalu, yang mana akhirnya keduanya dapat disatukan kembali oleh Raja Wisnuwardhana. Prasasti Wurare pada Arca Joko Dolog juga bertuliskan angka 1211 (1289 M), yang mana tahun tersebut merupakan tahun dibuatnya Arca Joko Dolog. Selain itu, prasasti tersebut juga berisi tentang pembagian kerajaan Kahuripan oleh Airlangga serta penobatan Raja Kertanegara sebagai Buddha Mahaksobhya.
No SK : 188.45/251/402.1.04/1996
Tanggal SK : 26 September 1996
Tingkat SK : Walikota

LOKASI:
Leave a Reply