Candi Singosari terletak di Kelurahan Candirenggo Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang.Candi Singosari dibangun untuk menghormati Raja Kertanegara yang telah mangkat pada tahun 1292 (leluhur raja-raja Majapahit).Diperkirakan Candi Singosari berlatar belakang Siwa-Buddha. Candi ini pertama kali dilaporkan oleh Nicolaus Engelhardt, Gubernur Pantai Timur Laut Jawa sejak 1801. Ia melaporkan adanya reruntuhan bangunan candi di daerah dataran tandus Malang pada tahun 1803, yang kemudian dikenal dengan nama Candi Singosari. Sejak saat itu Candi Singosari mendapat perhatian orang Eropa lainnya.
Candi Singosari terbuat dari batu andesit, terdiri dari batur, kaki, tubuh dan atap. Bangunan Cagar Budaya Candi Singosari dalam kondisi relatif baik dan terawat. Atap Candi Singosari berbentuk piramida yang terdiri dari beberapa tingkat dan tiap tingkat dihias menara. Sisi-sisi bagian bawahnya berukuran 5 m. Bagian atas atap telah runtuh sehingga bagian yang terdapat saat ini tinggal tingkat pertama dan sebagian tingkat kedua setinggi 2,50 m. Tinggi bangunan candi yang tersisa saat ini adalah 14,10 m. Bagian tubuh berbentuk bujur sangkar dengan sisi-sisi berukuran 5,20 m dan tinggi 4,85 m. Tubuh candi kosong, tidak ada ruangan utama yang harusnya ada di sana, demikian juga dengan relung pada keempat sisi pun kosong. Melihat ukurannya memang dari awalnya relung-relung tersebut bukan tempat arca. Tubuh candi kosong karena merupakan lambang Parama sunya, yaitu konsep tertinggi dalam agama Buddha yang tidak berwujud. Dalam Nagarakrtagama dikatakan Siva di ruang dalam, dan aksobhya berada di atas, tetapi karena bersifat sangat halus (aksobhyawimbhatisuksma) tidak terlihat disebabkan oleh kekuatan siddhinya yang berhakikat hampa.
Batur berbentuk bujur sangkar dengan panjang sisinya yang berukuran 13,85 m dan tinggi 1,90 m dan tidak memiliki relief. Tangga naik ke selasar di kaki candi tidak diapit oleh pipi tangga dengan hiasan makara seperti yang terdapat pada candi-candi lain.
Di atas batur terdapat kaki candi berdenah bujursangkar dengan panjang sisi 8,8 m dan tinggi 4,86 m. Kaki candi memiliki keistimewaan karena memiliki bilik dan penampil pada keempat sisinya. Penampil yang terdapat pada sisi barat merupakan pintu menuju bilik candi. Pintu masuk ini terlihat sederhana tanpa bingkai berhiaskan pahatan. Di atas ambang pintu terdapat pahatan kepala kala yang juga sangat sederhana pahatannya. Adanya beberapa pahatan dan relief yang sangat sederhana menimbulkan dugaan bahwa pembangunan Candi Singosari belum sepenuhnya terselesaikan.
Di kiri dan kanan pintu bilik, agak ke belakang, terdapat relung tempat arca. Ambang relung juga tanpa bingkai dan hiasan kepala kala. Relung serupa juga terdapat di ketiga sisi lain kaki Candi Singosari. Ukuran relung lebih besar, dilengkapi dengan bilik penampil dan di atas ambangnya terdapat hiasan kepala kala yang sederhana. Model arsitektur seperti tersebut di atas merupakan tipe candi menara.
Sepintas bangunan Candi Singosari terlihat seolah bersusun dua, karena bagian bawah atap candi berbentuk persegi, menyerupai ruangan kecil dengan relung di masing-masing sisi. Ruang utama (garbhagrha) berada di kaki candi, suatu hal yang tidak lazim pada candi-candi di Indonesia, karena biasanya ruangan candi ada di bagian tubuh candi. Kaki candi memiliki tiga penampil pada ketiga sisinya, yang dahulunya diisi arca-arca seperti arca Durga Mahisasuramardini (utara), Ganesha (timur), dan Trnawindhu (selatan). Kecuali arca Trnawindhu, dua arca lainnya tidak lagi berada di tempatnya.
Ruang utama kosong, hanya terdapat sebuah yoni yang terletak diatas lapik berbentuk segi empat, bagian atas yoni sedikit rusak. Pada lantai kaki candi terdapat sebuah saluran kecil ke arah teras sisi utara, sehingga candi tersebut seolah-olah merupakan gambaran sebuah lingga. Pintu candi ada di sebelah barat yang diapit sepasang relung untuk arca-arca Mahakala dan Nandiswara. Pada bagian atas ambang pintu dan di atas ketiga relung dihias dengan kepala kala yang sederhana.
LOKASI