CANDI JAGO

Candi Jago terletak di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
Candi Jago telah ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya Peringkat Nasional berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Repulik Indonesia Nomor 203/M/2016.
Diperkirakan Candi Jago dibangun pada tahun 1280 M, bersamaan dengan upacara sraddha mangkatnya Wisnuwardhana , salah seorang raja Singhasari. Menurut kakawin Nagarakertagama, nama asli Candi Jago adalah Jajaghu. Candi ini beraliran agama Siwa Buddha Tantrayana. Hal tersebut diketahui dari Arca Amoghapasa yang merupakan dewa tertinggi dalam ajaran Buddha Tantrayana. Candi ini diperbaiki oleh Pu Aditya (Adityawarman) pada tahun 1343 M.


Candi Jago berdenah empat persegi panjang dengan kaki candi berundak teras tiga, dan badan candi tidak berada di pusatnya tetapi di bagian paling belakang dari teras tertinggi. Bentuk bangunannya menunjukkan pengaruh bangunan teras zaman pra-Hindu yang muncul kembali pada masa akhir Majapahit.
Candi Jago menghadap ke barat. Pada bagian kaki candi terdapat dua tangga sempit di sisi kiri dan kanan bagian depan (barat). Penampil barat candi dipergunakan untuk menempatkan sepasang tangga yang dibuat menjorok ke depan sehingga tubuh candi seolah-olah menggeser ke belakang. Keunikan konstruksi Candi Jago makin ke atas makin bergeser ke belakang. Setiap tingkat memiliki teras lebar di bagian depan, tetapi sempit di bagian belakang. Di tingkat ketiga tampak satu Pintu besar dengan sebagian tembok batu mengelilingi ruangan. Tembok itu tidak lagi utuh. Bagian atas sebagian sudah hilang dan tubuh candi sudah rusak yang tertinggal hanya Pintu gerbangnya. Dahulu pintu pintu dan relung di tubuh candi dihiasi kepala kala tanpa makara. Bentuk kepala kala mencirikan gaya Jawa Timur yaitu memperlihatkan rahang bawah, mata melotot, memperlihatkan dua pasang taring, di antara kedua tanduk terdapat hiasan kapala (tengkorak), dan sikap tangan shuto mudra (Bernert Kempers, 1959:78).
Candi Jago dipenuhi dengan panel-panel relief yang dipahat rapi mulai dari kaki sampai ke dinding ruangan teratas. Hampir tidak terdapat bidang yang kosong, karena semua terisi dengan aneka ragam hiasan. Pembangunan Candi Jago berkaitan erat dengan wafatnya raja Wisnuwardhana. Sesuai dengan agama yang dianut oleh Raja Wisnuwardhana yaitu Siwa Budha Tantrayana, maka relief pada Candi Jago mengandung ajaran Hindu maupun Buddha.
Relief dinding-dinding teras adalah sebagai berikut:

  1. Tingkat pertama berisi cerita dari Tantri Kamandaka yang berkaitan dengan cerita binatang
  2. Tingkat kedua menunjukkan kisah Kunjarakarna
  3. Tingkat ketiga menggambarkan Parthayajna menampilkan lima bersaudara Pandawa
  4. Tingkat keempat menggambarkan cerita Arjunawiwaha
  5. Tingkat kelima khusus cerita Krisnayana, yang berfokus pada Krisna.
    Terdapat motif sulur daun menghiasi pipi tangga yang berbentuk siku-siku dan dinding candi bersama motif geometris lainnya, diselang-seling motif binatang, terutama jenis “binatang bulan” (šaša). Terdapat Arca Amoghapasa bertangan delapan, tetapi kepalanya sudah rusak. Saat ini arca tersebut ditempatkan di sisi selatan halaman candi.

LOKASI

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Beranda
Lokasi
Jenis
Statistik
Cari