Benteng Van den Bosch / Benteng Pendem terletak di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi. Lokasinya mudah dijangkau yakni dari Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi +/- 1 Km arah Timur Laut. Letak Benteng benteng ini sangat strategis karena berada disudut pertemuan sungai bengawan Solo dan sungai Madiun. Lokasi ini bisa menjadi destinasi wisata pilihan di Kabupaten Ngawi yang dapat ditempuh dengan waktu sekitar 2 jam dari Kota Surabaya via Tol Trans Jawa. Lokasinya berada sekitar 3 Km dari pusat kota Kabupaten Ngawi. Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang terdiri dari parit, tanggul, tanah (Benteng) lengkap dengan 2 (dua) pintu gerbang dan 2 (dua) bangunan yang berada di luar parit serta 8 (delapan) bangunan yang berada di dalam tanggul tanah (Benteng).
Sejak didirikan Tahun 1839-1845 hingga sekarang Benteng ini belum mengalami perubahan berarti, baik berupa penambahan-penambahan bangunan baru maupun pembongkaran-pembongkaran, sehingga bentuk arsitektur dan bahan bangunanya masih asli. Bahan bangunan yang digunakan terdiri dari batu andesit dan kayu jati. Sebagai perekat antar batu serta lepanya digunakan bahan campuran semen merah, kapur dan pasir.
Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem terdiri dari beberapa komponen yang memiliki fungsi yang berbeda-beda yang terbagi ke dalam 4 Zona :
Zona di luar parit (Zona I), Zona parit (Zona II), Zona tanggul tanah (Zona III), Zona penghunian dan pelayanan umum (Zona IV).
Benteng Van Den Bosch atau Benteng Pendem Ngawi mulai dihuni tahn 1845 M oleh tentara Belanda dibawah pimpinan Van Den Bosch. Baru pada Tahun 1900 serdadu-serdadu bumi putra yang ikut Belanda mulai menempati benteng tersebut. Pada Tahun 1922 semua penghuni benteng dipindahkan ke Malang dan benteng dikosongkan pada Tahun 1926 sampai Tahun 1935 dipergunakan untuk rumah pendidikan anak-anak nakal (M.Alwan Tafsiri, dalam Koran Minggu Yogyakarta terbitan tanggal 29 Desember 1957).
Selama lima tahun dari Tahun 1935 untuk keduakalinya benteng dikonsongkan dan rumah untuk pendidikan anak nakal ditiadakan. Menjelang pecah perang dunia ke II, ditempatkanlah para tawanan bangsa Jerman yang dikumpulkan dari berbagai kota besar di Indonesia. Tawanan bangsa Jerman tersebut dijaga oleh pensiunan serdadu sampai kemudian Pemerintah Hindia Belanda jatuh ketangan Jepang. Di jaman Jepang inilah Benteng Pendem mengalami banyak kerusakan yang tidak sempat diperbaiki lagi, antara lain jembatan angkat yang sekarang sudah tidak ada lagi dan parit kelilingnya ditutup dengan tanah. Pada waktu terjadi Agresi Belanda I bagian Benteng Pendem sebelah Selatan terkena bom, dan hingga saat ini belum diperbaiki (Aris Sumarno, 1990:20). Kemudian setelah era kemerdekaan, Benteng Pendem digunakan sebagai Asrama Tentara Batalyon Arteleri Medan 12 Ngawi (Tentara Armed) dan masih digunakan hingga saat ini.
LOKASI
Leave a Reply